Selasa, 20 Desember 2011

Pementasan Kethoprak Ringkes Tjap Tjonthong "SURYA KEMBAR"



Kethoprak ringkes merupakan format yang menggunakan pemain dan pemusik yang relative sedikit, sehingga tidak ada personal yang bersifat figuran. Kehadiran seorang pemain dan pemusik secara perorangan tidak mungkin dihilangi. Jika dalam kethoprak konvensional jumlah pemain dan pemusik hampir selalu di atas tiga puluhan orang, maka dalam format ringkes hanya mencapai belasan orang.
Pola kethoprak garapan yang memerlukan proses latihan yang cukup menjadi tuntutan yang tidak dapat dihindari, karena masing masing personal membutuhkan pemahaman menyeluruh terhadap isi pertunjukan.

Dengan memasukkan unsur teater modern baik dalam pemeranan, tata panggung maupun tata cahaya akan semakin memperjelas karakter ringkes. Demikian pula dengan dukungan instrument musik yang tidak terpaku pada gamelan saja akan semakin memperkuat identifikasi ringkes.

Tidak dapat dipungkiri, sebagai bagian dari seni pertunjukan, kethoprak ringkes harus dapat membuat sajian yang dinamis dan komunikatif. Kethoprak ringkes mencoba memasukkan unsur humor, mengangkat problem problem aktual kemasyarakatan, ceritera baru dan content baru dalam setiap pementasannya.

Upaya di atas menyebabkan tampilan kethoprak ringkes menjadi jauh berbeda dengan kethoprak konvensional, meskipun rasa kethoprak konvensional masih ada. Justru dengan perbedaan ini tidak akan terjadi kondisi stagnan dalam dunia kethoprak.
Kali ini Komunitas Tjonthong kembali menggelar Pementasan Kethoprak Ringkes Tjap Tjonthong dengan Lakon "SURYA KEMBAR" karya dari Drs. Susilo Nugroho "Den Baguse Ngarsa". Pementasan ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan Pemprov DIY. Pementasan ini akan dilaksanakan pada tgl 26-27 Desember 2011 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta pukul 19.30. Tiket dapat diperoleh di lokasi dengan harga VIP Rp. 25.000 dan Lesehan (didepan panggung) Rp. 15.000.

Sekilas isi cerita dari "SURYA KEMBAR" adalah sebagai berikut,

Situasi negara sedang kacau, karena beberapa senapati lain dibunuh oleh seorang pengawal raja yang bernama Wajasima dan pada saat yang sama raja sedang sakit. Senapati Pagas Sukma memanfaatkan kesempatan dengan memaksa Prabu Purwa Kuncara untuk mengeluarkan surat keputusan agar seluruh keamanan kerajaan diserahkan kepadanya. Di bawah ancamannya, raja terpaksa mengeluarkan surat keputusan sesuai kehendak Senapati Pagas Sukma.

Dengan membawa surat keputusan dari Prabu Purwa Kuncara, Senapati Pagas Sukma dengan sekehendak hatinya membunuh Wajasima maupun Tumenggung Dipanusa. Dengan terbunuhnya Wajasima, berarti sudah tidak dapat lagi dilacak siapa dalang dibalik pembunuhan para senapati. Sedang terbunuhnya Tumenggung Dipanusa dapat dijadikan alasan bahwa dalang pembunuhan para senapati adalah Tumenggung Dipanusa.

Untuk mencapai puncak kekuasaan ia tinggal menggulingkan Prabu Purwa Kuncara yang sedang sakit. Keinginan itu dengan cepat dapat tercapai, karena pada saat ini para prajurit semua mendukungnya. Permasalahannya, ia dapat mencapai puncak kekuasaan, tetapi rakyat menolaknya.

Senapati Pagas Sukma meminta Ki Ageng Garjitawati agar mau diangkat menjadi patih. Dalam perhitungan Senapati Pagas Sukma, Ki Ageng Garjitawati yang merupakan salah seorang petinggi kerajaan yang sangat dekat dengan rakyat. Dengan diangkatnya Ki Ageng Garjitawati rakyat tentu akan segera mau menerima Senapati Pagas Sukma sebagai raja baru.

Ki Ageng Garjitawati yang didukung oleh RA Kingkin Prihatin ternyata berpihak pada rakyat, tetapi tidak mau melakukan perlawanan. Keduanya tahu bahwa Senapati Pagas Sukma memiliki kekuatan prajurit dan dibantu negara lain. Bila dilakukan perlawanan tentu akan timbul korban yang tak terhitung banyaknya.

Dengan mengingat kondisi negara yang serba tidak baik itulah Ki Ageng Garjitawati tidak mau diangkat sebagai patih. Ia sebagai petinggi kerajaan lebih suka mengundurkan diri dari jabatannya dan memilih menjadi rakyat biasa. Dengan pengunduran diri itu ia semakin dicintai rakyat. Di lain pihak Pengunduran diri Ki Ageng Garjitawati ini sangat menyulitkan posisi Senapati Pagas Sukma sebagai raja baru. Maka ia pun menerapkan berbagai cara untuk mengikis nama baik Ki Ageng Garjitawati yang telah tertanam di hati rakyat. Bila nama baik Ki Ageng Garjitawati telah hilang, maka tidak ada lagi matahari kembar dalam satu negara dan ia dapat bebas menjadi raja yang ditakuti oleh rakyatnya.

Pementasan kethoprak ini dimainkan oleh Susilo "Den Baguse Ngarsa", Marwoto "Kawer", Nano Asmorodono, Hargi Sundari, Bagong T Gunanto, Rini Wdyastuti, Sudiharjo "Sronto", Sarjono, Yu Beruk, Mianto, Novi Kalur dan Rio Pujangkoro. Dengan Penata iringan Warsana "Kliwir" S.Sn, M.Sn.
dan Artistik Rio Pujangkoro.

Tak lupa kami haturkan terimaksih kepada
1.Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
2.Bakti Budaya Djarum Foundation
3.Taman Budaya Yogyakarta
4.Joko Pekik
5.Butet Kartaredjasa
6.Romo Sapto
7.Hamzah HS
8.The House of Raminten
9.KRKB Gembiraloka
10.JOGJA TV
11.PTBP KR
12.KR Radio
13.BiAS Advertising
dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

SELAMAT MENYAKSIKAN....